MAKALAH KOMITMEN KEBANGSAAN Oleh Fatih Miftahul Huda Jamalul Mukminin M. Hasbi Al Juwaeni Dosen Pembimbing Drs. Mukhtar Ghazali, FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Kewarganegaraan ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menunaikan tugas dari dosen yang bersangkutan atas judul yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah yang akan kami terangkan dalam pembahasan kali ini berjudul “Komitmen Kebangsaan”. Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, kami dapatkan dari beberapa referensi yang bersangkutan dengan judul makalah yang akan kami bawakan. Kami penyusun makalah ini, sangatlah berterima kasih kepada sumber-sumber yang telah dijadikan referensi dalam pembuatan makalah kami ini. Kami menyadari bahwa dalam setiap diri manusia pastilah memiliki yang namanya keterbatasan, begitu pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Jakarta, 02 April 2017 Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar.................................................................................................................... 2 Daftar Isi.............................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4 Latar Belakang............................................................................................................. 4 Rumusan Masalah.........................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 5 Pengertian Komitmen Kebangsaan ........................................................................... 5 Semangat Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila............... 6 Komitmen Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila.......... ... 7 Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila.............................................. 7 Meneladani Nilai Juang Perumusan Dasar Negara...................................................... 8 Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Sumpah Pemuda............................................... 10 Komitmen Sumpah Pemuda....................................................................................... 12 BAB III PENUTUP....................................................................................................... ... 14 Kesimpulan................................................................................................................. 14 Daftar Pustaka................................................................................................................. .. 15 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rasa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dasyat luar biasa kekuatannya. Bila begitu, apa itu rasa kebangsaan? Rasa kebangsanaan adalah kesadaran berbang-sa, yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional di mana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berangkat dari rasa dan wawasan kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan maupun semangat patriotisme yang sangat penting artinya guna menjaga kedaulatan negara. Bangsa mengandung pengertian kumpulan manusia yang sama asal usulnya serta serupa sifat-sifatnya.1 Namun realitas obyektif menyebutkan bila definisi tersebut belum bisa mengakomodasikan pengertian bangsa sebagaimana yang ada di Indonesia. Bangsa Indonesia bukanlah kumpulan manusia yang tidak sama asal-usulnya dan tidak pula serupa sifat-sifatnya. Bangsa Indonesia adalah kumpulan dari 500-an suku bangsa dengan tapak budaya, yang mendiami pulau yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan luas km persegi. Bahkan nama Indonesia saja bukan orang Indonesia yang mengusulkan, tapi George Samuel Winsor Earl yang pertama kali menggunakan nama tersebut, mengajukan nama Indunesia sebagai pengganti Hindia Belanda.2 Pada majalah yang sama,dalam artikelnya James Richardson Logan memilih nama Indonesia.3 Oleh karena itu, penyusun membuat makalah dengan judul Komitmen Kebangsaan Dan Tegaknya NKRI, Serta Wujud Semangat Dan Komitmen Sumpah Pemuda Rumusan Masalah a. Pengertian komitmen kebangsaan ? b. Bagaimana semangat dan komitmen para pendiri bangsa dan Negara dalam merumuskan pancasila ? c. Apa saja nilai kebersamaan dalam merumuskan pancasila ? d. Sebutkan contoh bentuk dari komitmen dan semangat dalam merumuskan pancasila ? Tujuan Masalah Dengan adanya makalah ini kita dapat memahami beberapa unsur Negara serta nilai-nilai yang termaktub di dalam rumusan pancasila dan semangat serta komitmen para pendiri bangsa dalam mempertahanakan keutuhan NKRI. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Komitmen Kebangsaan [1]Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti 1 hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti 2 konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan Suhady dan Sinaga, 2006. “Kebangsaan” berasal dari kata [2]“bangsa” yang berarti kelompok masyarakat yang sama mulai dari asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta pemerintahannya sendiri. Sedangkan “kebangsaan” juga mengandung arti 1 ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, 2 perihal bangsa; mengenai yang bertalian dengan bangsa, 3 kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara. Dengan demikian “Wawasan Kebangsaan” dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan. Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa. Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal Suhady dan Sinaga, 2006. Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan Poleksosbud dan Hankam. Selama ini bangsa Indonesia selalu memperingati hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei. Hari yang diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional ini merupakan tanggal berdirinya satu perkumpulan yang bernama Budi Utomo. Perkumpulan ini didirikan tepatnya pada 20 Mei 1908, oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dkk, seorang dokter priyayi Jawa yang merakyat. Tujuan didirikannya organisasi ini antara lain untuk meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia. Awal sejarah berdirinya Nusantara, sejatinya jauh sebelum Indonesia lahir, di mana saat itu sudah dikenal beberapa kerajaan yang kuat dengan wilayah yang cukup luas antara lain Kerajaan Tarumanagara, Sriwijaya dan Majapahit. Secara jujur, tanpa menafikan keberadaan kerajaan yang pernah ada, harus diakui bahwa sejak masa kerajaan di wilayah Nusantara, semangat untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa juga telah ada. Namun secara konkret memasuki kehidupan berbangsa yang lebih masif, cikal bakal komitmen kebangsaan masyarakat Indonesia adalah sejak dicetuskannya kebangkitan nasional seabad lebih yang lalu. Dalam perkembangannya semangat dan komitmen kebangsaan Indonesia tumbuh lebih matang, terutama sejak lahirnya deklarasi pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Ada tiga hal mendasar tentang komitmen kebangsaan yang lahir saat itu, yakni komitmen tentang satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Memasuki periode berikutnya, komitmen kebangsaan tersebut berhasil mewujud menjadi komitmen kenegaraan, yakni dengan diproklamasikannya kemerdekaan, tanggal 17 Agustus 1945, dengan tekad berdirinya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan wilayah dari Sabang sampai Merauke. Selaras dengan terwujudnya tiga rangkaian peristiwa kebangsaan tersebut sejak 1908, 1928 dan 1945, harus disadari bahwa secara substansial pengalaman berkebangsaan masyarakat Indonesia masih ada yang mencoba mempertanyakan. Sebagian kalangan ada yang mengajukan dua masalah mendasar yang hendak diungkapkan, yaitu pertama, wawasan kebangsaan bagaimana yang dimaksudkan setiap kita peringati pada tanggal 20 Mei, 28 Oktober maupun 17 Agustus? Kedua adalah apakah konsep wawasan kebangsaan ini masih relevan tertanam ke dalam sanubari setiap warga negara yang notabene mengantongi KTP Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini kembali ke hati masing-masing individu setiap warga masyarakat Indonesia. Bukannya hendak menihilkan segala teori tentang keberadaan suatu bangsa ataupun teori tata negara idealis, tetapi hati nurani setiap individu itu sendiri sebagai bagian dari warga negara yang merasakan perjalanan hidup selama berada dalam naungan NKRI. Semangat Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila [3]Pancasila sebagai dasar negara melalui proses yang panjang dalam perumusannya. Proses perumusan Pancasila yang dilakukan para tokoh telah memberikan pelajaran berharga bagi kita. Semua itu dilakukan dengan penuh nilai perjuangan dan diliputi dalam semangat kebersamaan. Dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara terdapat nilai-nilai juang dan sebagai warga negara yang baik kita harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu antara lain Para pejuang tersebut memiliki jiwa dan semangat kejuangan yang tinggi untuk merdeka. Pada pita yang dicengkeram burung garuda tertulis “Bhinneka Tunggal Ika”. Artinya, meskipun berbeda-beda, kita adalah satu. Perbedaan-perbedaan yang ada bukan menjadi penghalang untuk bekerja sama, tolong-menolong, dan hidup rukun. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan kita perlu saling mengenal, menghormati, menolong, dan bekerja sama. Jiwa dan semangat kejuangan yang dimiliki oleh pejuang itu, di antaranya sebagai berikut a. Jiwa solidaritas atau kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap perjuangan kemerdekaan; b. Pro patria dan primus patrialis, yaitu selalu berjiwa untuk tanah air dan mendahulukan kepentingan tanah air; c. Jiwa toleransi atau tenggang rasa antarumat beragama, suku, golongan, dan bangsa. d. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab; e. Jiwa ksatria, kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam. Komitmen Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila Komitmen adalah sikap dan perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki, memberikan perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa adalah orang yang akan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Para pendiri negara dalam perumusan Pancasila memiliki komitmen sebagai berikut a. Memiliki semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, Pendiri negara memiliki semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme yang tinggi, ini diwujudkan dalam bentuk mencintai tanah air dan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan; b. Selalu bersemangat dalam berjuang, Para pendiri negara selalu bersemangat dalam memperjuangkan dan mempersiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia, seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan para pendiri negara lainnya yang mengalami cobaan dan tantangan perjuangan yang luar biasa. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta berkali-kali dipenjara oleh Belanda. Namun, dengan semangat perjuangannya, para pendiri negara tetap bersemangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia; c. Mendukung dan berupaya secara aktif dalam mencapai cita-cita bangsa, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; d. Melakukan pengorbanan pribadi dengan cara menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, pengorbanan dalam hal pilihan pribadi, serta mendukung keputusan yang menguntungkan bangsa dan negara walaupun keputusan tersebut tidak disenangi. Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila Pancasila adalah dasar negara Indonesia, hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 sekaligus sebagai sumber dari segala sumber hukum. Pancasila tidak hanya sebagai jiwa bangsa Indonesia, juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Ada beberapa nilai kebersamaan dalam proses perumusan dasar negara yang perlu kita teladani dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai kebersamaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut 1. Menghargai pendapat orang lain Dalam menyelesaikan masalah bersama, bangsa kita selalu menyelesaikan dengan musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Musyawarah merupakan pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan untuk menyelesaikan masalah. Setiap keputusan yang diambil dalam musyawarah oleh bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagi berikut a. Mengutamakan kepentingan bersama; b. Tujuan diharapkan untuk kebaikan bersama; c. Tidak ada paksaan dalam berpendapat. 2. Menerima keputusan bersama Keputusan bersama adalah ketentuan, ketetapan dan penyelesaian yang dilakukan sekelompok orang terhadap suatu permasalahan sehingga tercapai kesepakatan. Keputusan bersama dapat dicapai melalui musyawarah. Musyawarah adalah adalah suatu cara untuk merumuskan suatu masalah berdasarkan kesepakatan bersama. Upaya mencapai kesepakatan bersama mufakat bukanlah perkara mudah, selama kita memaksakan pendapat sendiri, mendahulukan kepentingan pribadi/golongan, mufakan akan gagal. Kita dapat belajar dari sejarah sidang BPUPKI Pertama. Pada saat sebelum rapat pleno ada pihak yang keberatan tentang rancangan Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat tentang dasar negara. Dengan semangat kebersamaan, demi menciptakan suasana yang damai, maka para tokoh seperti Bung Hatta, Wahid Hasyim. Mr. Teuku Moh. Hasan, dan lain-lain menyetujui untuk menghilangkan kalimat sila pertama dasar negara yang menjadi keberatan sebagian peserta sidang. Hal ini menunjukkan bahwa para tokoh pendiri negara kita senantiasa mendahulukan kepentingan negara dan bangsa daripada kepentingan pribadi/golongan. 3. Melaksanakan hasil keputusan bersama Setelah semua pihak menerima hasil keputusan bersama, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan keputusan tersebut. Semua pihak harus ikhlas dan penuh tanggung jawab melaksanakan, hasil keputusan bersama. Melaksanakan keputusan bersama telah ditunjukkan oleh seluruh tokoh yang terlibat dalam proses perumusan Pancasila. Mereka sebagai wakil rakyat Indonesia melaksanakan hasil keputusan bersama denga ikhlas yaitu dengan melaksanakan Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Meneladani Nilai Juang Perumusan Dasar Negara Nilai juang dalam proses perumusan Pancasila yang dapat kita teladani adalah sebagai berikut 1. Semangat persatuan dan kesatuan Sikap ini dimiliki oleh para tokoh pejuang kita pada saat merumuskan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI para peserta sidang diberi kesempatan untuk menyampaikan pidatonya tentang rumusan dasar negara, kemudian dibahas dan didiskusikan bersama untuk mendapatkan rumusan yang terbaik. Musyawarah itu dijiwai semangat sumpah pemuda, dengan rasa persatuan dan kesatuannya meskipun berasal dari berbagai daerah dan mempunyai latar belakang yang berbeda. Contoh perilaku yang menggambarkan semangat persatuan dan kesatuan adalah sebagai berikut a. Gotong-royong dalam membersihkan lingkungan sekitar; b. Tidak membeda-bedakan teman dalam pergaulan. 2. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia Pada saat perumusan dasar negara Pancasila, hak asasi manusia selalu menjadi perhatian utama. Pancasila dirumuskan sebagai sumber hak asasi manusia, yang artinya bahwa hak asasi manusia mendapat jaminan kuat dari Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Dalam proses perumusan Pancasila para tokoh mencerminkan sikap saling menghargai hak asasi manusia. Sikap para tokoh dalam memperjuangkan dan menghargai hak asasi manusia itu perlu kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya ialah dengan a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; b. Memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya; c. Menghargai hak-hak orang lain. 3. Cinta tanah air Sikap para tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan kecintaanya terhadap tanah air Indonesia. Adapun sikap cinta tanah air yang harus diteladani dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut a. Mempelajari kebudayaan daerah; b. Mencintai dan memakai produk dalam negeri; c. Berprestasi dalam kegiatan yang mengharumkan nama bangsa. 4. Mendahulukan Kepentingan Umum Para pejuang yang terlibat dalam perumusan dasar negara bekerja tanpa mengenal lelah. Mereka mempersiapkan kemerdekaan beserta alat-alat perlengkapan negara dengan sungguh-sungguh. Sebagai hasil jerih payah mereka, lahirlah UUD 1945 yang di dalam pembukaannya termuat tujuan negara Indonesia. Semua itu dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara. Adapun sikap mendahulukan kepentingan umum itu perlu kita teladani diantaranya dengan a. Ikut berpartisipasi dalam kerja bakti di lingkungan masyarakat; b. Menyiapkan sarana belajar sebelum pelajaran di mulai untuk kepentingan kelas. 5. Jiwa kepahlawanan Jiwa kepahlawanan jelas tercermin dari sikap pejuang dalam proses perumusan Pancasila. Mereka memiliki sikap rela berkorban tanpa pamrih dalam mewujudkan Indonesia merdeka. Jiwa kepahlawanan para tokoh bangsa tersebut dapat kita teladani, diantaranya melalui a. Membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan; b. Berani menegur teman yang berbuat tidak baik; c. Melerai teman yang berselisih/bertengkar. Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Sumpah Pemuda Nilai adalah pedoman yang dianggap baik dan benar oleh suatu kelompok masyarakat. Setiap orang yang mengikuti nilai tertentu akan diterima oleh anggota masyarakat. Salah satunya contoh yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah suatu peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam mencapai kemerdekaan indonesia. Semangat sumpah pemuda telah mempersatukan langkah perjuangan yang dahulunya bersifat kedaerahan menjadi semangat nasionalisme. Pada waktu dahulu, organisasi pemuda memiliki perbedaan bahasa, agama, adat istiadat, budaya dan suku bangsa. Sumpah pemuda telah memberikan semangat persatuan dan kesatuan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya. Isi daripada teks Sumpah Pemuda memiliki peranan yang sangat penting. Terutama dalam proses mempersatukan bangsa Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda, tanah air, bangsa dan bahasa dapat diwujudkan untuk bersatu. Dengan sumpah pemuda pula perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia tidak lagi bersifat kedaerahan, namun sifatnya sudah nasionalis hingga akhirnya kemerdekaan dapat dicapai. Kini semangat sumpah pemuda tersebut perlu tetap kita jaga dan lestarikan supaya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap dapat terjaga dengan baik. Disamping itu, dengan menerapkan makna yang terkandung dalam sumpah pemuda ini juga dapat menghindari terjadinya perang saudara maupun perang antar suku bangsa. Dimana sumpah pemuda juga mampu untuk menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai. Dari sejarah sumpah pemuda ini dapat kita ambil nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa dan membuktikan bahwa ternyata dari berbagai perbedaan dapat disatukan walaupun Sumpah pemuda sudah terjadi dizaman dahulu, akan tetapi masih ada nilai-nilai luhur yang masih bisa kita terima dan kita amalkan. Adapun nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut ini 1. Cinta Bangsa dan Tanah Air Dalam peristiwa Sumpah Pemuda ada ikrar satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Inilah wujud dari rasa cinta bangsa dan tanah air para pemuda zaman dahulu. Cinta terhadap bangsa dan tanah air artinya kita setia terhadap bangsa dan Negara Indonesia. Kita berbuat sesuatu yang baik ditujukan demi kemajuan bangsa dan kemajuan masyarakat Indonesia. Disamping itu kita juga dapa merasakan sedih jika bangsa ini tidak mengalami kemajuan. 2. Persatuan Sumpah pemuda merupakan sumpah yang mampu menyatukan para pemuda dari berbagai kalangan daerah dalam satu wadah, yakni satu bangsa. Mereka semua harus bersatu padu untuk berjuang melawan penjajah demi mendapatkan kemerdekaan. Mereka benar-benar sadar jika berjuang tanpa persatuan tak akan bakal menang dan berhasil. Penjajah tak bisa terusir jika rasa persatuan tidak tercipta antar pemuda dan pemudi diseluruh tanah air Indonesia, disamping itu juga tanpa persatuan dalam kita tak akan dapat mengalahkan para penjajah, seperti halnya peribahasa yang berbunyi “Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh”. 3. Sikap Rela Berkorban Rela berkorban dalam hal ini adalah diartikan sebagai suatu perbuatan yang tak mengharap imbalan. Apa yang sudah dilakukannya merupakan sikap penuh rasa ikhlas. Sikap rela berkorban demi kepentingan orang banyak mampu meningkatkan persatuan dan kesatuan. Begitu juga yang dilakukan oleh para pemuda-pemudi dalam peristiwa Sumpah Pemuda, mereka tidak mengharapkan imbalan meski telah mengorbankan banyak tenaga dan pikiran demi kemerdekaan bangsa. 4. Mengutamakan Kepentingan Bangsa Pada waktu sumpah pemuda, para pemuda tak mementingkan daerah atau golongannya masing-masing. Namun mereka hanya memikirkan bagaimana supaya seluruh Indonesia dapat bersatu padu untuk mengusir penjajah dan mencapai kemerdekaan. 5. Dapat Menerima dan Menghargai Perbedaan Peristiwa sumpah pemuda menyatukan tekat dan tujuan seluruh pemuda dari berbagai daerah. Meskipun mereka berlatar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda, namun mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Semua menerima dan menghargai demi terwujudnya satu bangsa yaitu, Indonesia. 6. Semangat Persaudaraan Kekeluargaan merupakan sikap dan perbuatan yang mengutamakan kebersamaan dalam bergaul. Semua masyarakat Indonesia adalah satu keluarga besar. Jika salah satu anggota kita menderita, maka keluarga yang lain harus menolong. Begitulah seharusnya sikap seorang keluarga, harus mampu memberikan rasa saling menghormati dan tolong-menolong dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang. Semangat kekeluargaan juga harus kita tingkatkan dimana saja dan kapan saja supaya Bangsa Indonesia selalu dalam keadaan damai. Dengan tingginya semangat kekeluargaan tersebut, pemuda dan pemudi seluruh Indonesia berikrar Sumpah Pemuda yang mengantarkan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan. 7. Meningkatkan Semangat Gotong Royong atau Kerjasama Gotong royong atau kerja sama merupakan ciri khas bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Hal ini dapat dibuktikan dengan kerjasama para pemuda dalam rangka mengikrarkan Sumpah Pemuda. Mereka bersama-sama berusaha menyatukan seluruh pemuda dari berbagai daerah untuk bersatu, tanpa adanya kerja sama tersebut, ikrar sumpah pemuda juga tidak akan dapat berjalan. Kerja sama dalam kebaikan mampu memberikan manfaat yang baik bagi orang lain, oleh karena itu kita harus membiasakan bekerja sama dalam kebaikan dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan. Komitmen Sumpah Pemuda Semangat para pemuda dalam memerdekaan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia telah menjadi jiwa dalam hati sanubari para pemuda Indonesia. Berkat semangat, usaha dan cita-cita yang sama dapat menggerakkan para pemuda untuk meraih kemerdekaan, karena perubahan yang terjadi didunia ini sangatlah banyak sekali. Negara kesatuan dapat lahir dan berdiri tegak karena sikap ketegasan dan komitmen para pemuda bangsa Indonesia. Perjuangan yang penuh dengan semangat sumpah pemuda yang luar biasa tersebut tidak sia-sia. Akhirnya mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamasikan Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Bayangkan, tanpa semangat sumpah pemuda persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan hancur. Untuk itu, semangat sumpah pemuda harus selalu ada meskipun kemerdekaan telah diraih. Suatu semangat yang memiliki nasib dan sepenanggungan terangkum dalam sebuah komitmen sebagai satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa yang telah disepakati sebagai bahasa universal yaitu bahasa Indonesia. Adapaun semangat dan komitmen sumpah pemuda dapat dijabarkan seperti berikut 1. Kami Putra Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Para pemuda Indonesia telah berkomitmen bahwa bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Maksudnya, dimanapun para masyarakat Indonesia berada baik yang sedang merantau karena pendidikan, pekerjaan dan sebagainya berjuang secara bersama-sama mempertahankan persatuan dan kesatuan dengan tetap berpegang teguh terhadap tanah air. Karena tanah air merupakan tanah kelahiran yang tak kan terlupakan selama hidup. Disana tumbuh dan dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. 2. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Bersatunya putra dan putri Indonesia karena didasari oleh hasrat yang kuat untuk bersatu membela dan memperjuangkan bangsa Indonesia. Meskipun mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, akan tetapi mereka yakin dengan bersatunya putra putri bangsa Indonesia akan memerdekakan bangsa Indonesia. Dengan hasrat dan keyakinan tersebutlah mereka akhirnya bersatu dan membuat komitmen berbangsa satu, bangsa Indonesia yang akhirnya dideklarasikan pada saat kongres pemuda tanggal 28 Oktober 1928. 3. Kami Putra dan Putri Indonessia, menjunjung bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Dengan beragamnya bahasa yang digunakan para pemuda Indonesia yang sulit dimengerti satu sama lain. Akhirnya mereka menyepakati bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa universal antar bangsa. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang efektif digunakan sebagai alat komunikasi antar suku, daerah ataupun budaya. Sumpah pemuda pun menegaskan bahwa bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia yang memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. BAB III PENUTUP kesimpulan Sejarah dan Komitmen Pendiri Negara dalam Perumusan Pancasila memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Artinya, kita harus menjadikan Pancasila sebagai pegangan, pedoman, dan panduan dalam hidup kita. Segala tindakan dan perilaku kita harus berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dalam melaksanakan segala sesuatu harus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pula, serta dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan kita juga berpedoman pada Pancasila, apakah kebijakan tersebut sesuai atau justru bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Inilah masyarakat yang ingin kita capai yang berpegang teguh dan senantiasa mengamalkan nilai-nilai dasar negara kita, Pancasila. Daftar Pustaka 1. Waluyo, Sri. Bahan ajar Pendidikan kewarganegaraan, 2. Drs. Arifin Noor. ISD Ilmu Sosial Dasar. Untuk UIN, STAIN, PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan Komponen MKU. Pustaka Setia Bandung 2007. 3. Prof. DR. H. Kaelani, dan Drs. H. Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma yogyakarta 2007. 4. Kamus besar bahasa indonesiaKBBI. 5. Journal of the Indian Acrhipelego and Eastern Asia JIAEA Volume IV tahun 1850 halaman 66-67. Ethnology of Indian Archipelago,di halaman 252–347. 7. sejarah indonesia untuk SMA/SLTA/sederajat.airlangga surabaya2005 8. Roem,Mohammad,Tiga Peristiwa Bersejarah,JakartaSinar Huyada,1972 [1] [2] Kamus besar bahasa Indonesia tahun 2002 [3]
Dalamproses pendirian negara, para tokoh pendiri negara melakukan banyak perjuangan yang pantas untuk ditiru. Tindakan-tindakan perjuangan itu dapat dirumuskan sebagai nilai-nilai juang. Berikut ini kamu akan mempelajari nilai-nilai juang para tokoh pendiri negara. Sikap mendahulukan kepentingan umum perlu kita teladani dalam kehidupan
akepentingan negara dan kepentingan bersamad "Hargailah orang yang benar-benar mencintaimu, dia berkorban bukan untuk mengemis cinta. Tapi, dia ingin menunjukkan betapa berharganya kamu dihatinya." You May Like These Posts f Penguapan air pada tumbuhan terjadi di daun pada bagian… Terjadi pada daun lewat jawaban terbaik Bagaimana hubungan antara iklim dengan keragaman sosial ? *minta bantuannya Kondisi iklim yang berbeda mengakibatkan adanya komunitas yangd buatlah frasa terdiri atas 3-4 kata yang berhubungan dengan mandiri pangan dan teknologi tepat guna , sekurang kurangnya sepuluhe Bagaimana ciri-ciri terjadinya hubungan sosial ? Jawabannya adalah >>> Adanya Pelaku/ Tokoh>>> Adanya Ruang/Tempat >>> Adanya Waktu>>> Adanya Tujuanh Apakah yg dimaksud dengan reaksioksidasi pada pengaratan logam ? Reaksi pengikatan oksigen yang membantu proses perkaratan c 0e Siapakah Sidharta Gautama ? Buddha Gautama dilahirkan dengan nama Siddhārtha Gautama Sanskerta Siddhattha Gotama; Pali “keturunan Gotama yang Join The Conversation No Comments
Semangatdan komitmen pendiri negara pada perumusan dan pe- ngesahan UUD 1945 antara lain mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, persatuan dan kesatuan, rela berkorban, cinta tanah air, dan musyawarah mufakat. Para pendiri negara dalam Sidang BPUPKI menunjukkan sikap sebagai negarawan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Para pendiri negara merupakan contoh orang-orang yang memiliki semangat kuat dalam membuat perubahan. Mereka berjuang agar Indonesia menjadi negara yang merdeka dan sejajar dengan negara-negara lain di dunia. Kemerdekaan bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, kita harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua yang tampak dari para tokoh dalam sidang perumusan dasar negara antara lain tentu saja semangat kebangsaan, toleransi beragama, ketelitian, dan sikap komunikatif. Mereka memiliki semangat juang yang sangat tinggi untuk mendirikan negara Indonesia merdeka. Hal ini tercermin dalam setiap penyelesaian masalah yang diselesaikan secara musyawarah mufakat. Sikap saling menghargai, tanpa pamrih, dan bekerja keras untuk menghasilkan karya terbaik bagi kebangsaan atau nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara dan bangsa nation state. Nasionalisme memiliki arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, nasionalisme mengandung makna kecintaan atau perasaan kebangsaan yang berlebihan sehingga memandang rendah bangsa lain chauvinisme. Adapun nasionalisme dalam arti luas harus kita tingkatkan karena perasaan kebangsaan dan cinta tanah air ini tanpa memandang rendah bangsa lain, tetapi menempatkannya sederajat dengan bangsa sendiri. Semangat kebangsaan para pendiri negara tumbuh karena Mereka memiliki kesadaran bahwa bangsa kita memiliki kekayaan budaya yang tak kalah dari bangsa lain. Oleh karena itu, rumusan pandangan hidup yang mereka usulkan tidak berasal dari ide kebudayaan bangsa lain, sekalipun mereka memahami berbagai ide dari luar. Toleransi beragama terlihat ketika membahas dasar negara. Agama yang berkaitan dengan sila pertama menjadi pusat perhatian utama. Ketelitian, kearifan, dan kebijaksanaan para pendiri negara telah mengkristalisasikan kedua sumber, yaitu budaya dan agama dalam melahirkan Pancasila. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila memiliki unsur-unsur yang ada dalam kebudayaan, adat, dan agama-agama di komunikatif muncul pada saat pidato para tokoh yang dilanjutkan dengan menerima perubahan dan perbaikan atas kata-kata yang diusulkan. Ketelitian para tokoh dalam sidang perumusan Pancasila terlihat ketika sidang mengambil kesimpulan tidak menyepakati usul dasar negara dari Mr. Muhammad Yamin, para tokoh Islam, dan Ir. Soekarno. Sikap komunikatif juga terlihat saat ada perbedaan konsepsi antara golongan Islam dan kebangsaan dalam Panitia Sembilan. Namun, tetap menghasilkan kesepakatan Mukadimah berisi rumusan dasar negara. Para pendiri negara memiliki semangat dan komitmen berpikir dengan penuh pertimbangan untuk memperjuangkan kemerdekaan perumusan Pancasila telah memberikan pelajaran kepada kita betapa pentingnya memiliki komitmen terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Para pendiri negara telah memberikan contoh yang membuktikan semangat kebersamaan demi persatuan dan kesatuan bangsa berasal dari berbagai daerah di Indonesia tetapi tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa daripada kepentingan golongan. Demi persatuan dan keutuhan bangsa, mereka bersedia dan rela untuk tidak memaksakan kehendaknya. Misalnya, golongan Islam rela dengan perubahan sila pertama dalam Piagam Jakarta. Hal ini merupakan wujud pengorbanan dan semangat persatuan dari umat Islam. Kelompok mayoritas sangat memperhatikan kelompok minoritas. Perbedaan agama, suku bangsa, dan budaya tidak menjadi penghalang untuk bekerja sama membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada jiwa setiap pendiri negara telah tertanam komitmen terhadap patriotisme, yaitu cinta pada tanah air dan rela berkorban untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam semangat kebangsaan terkandung sifat nasionalisme dan patriotisme. Contoh sifat nasionalisme dan patriotisme adalah sebagai Patria dan Primus Patrialis, artinya mencintai tanah air dan mendahulukan kepentingan tanah solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap perjuangan kemerdekaan dan tanpa pamrih dan bertanggung ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas toleransi atau tenggang rasa antaragama, antarsuku, antargolongan, Rasa kebangsaan diperlukan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi bangsa. Misalnya, masalah SARA, krisis keteladanan pemimpin, ketidaksempurnaan sistem ketatanegaraan, dan krisis kepercayaan masyarakat kepada para penyelenggara negara. Masalah yang tak henti-hentinya menuntut ketekunan dan pantang menyerah serta pengabdian yang dilandasi cinta tanah air dan komitmen para pendiri negara yang perlu kita hargai dan teladani dalam kehidupan saat ini di antaranya adalah sebagai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila. Misalnya, menghargai pendapat orang lain, menerima keputusan bersama, dan melaksanakan hasil keputusan dan kesatuan dalam pembahasan. Misalnya, ketika memperjuangkan hak asasi manusia, sikap tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, dan memberi kesempatan dalam menyampaikan pendapat serta menghargai hak-hak orang tanah air Indonesia. Sikap ini dapat kita lanjutkan dengan cara mempelajari kebudayaan daerah, mencintai produk dalam negeri, dan berprestasi dengan mengharumkan nama kepentingan umum. Kita bisa meneladaninya dalam bentuk kerja bakti, berpartisipasi di lingkungan masyarakat, dan menyiapkan sarana belajar untuk kepentingan Kepahlawanan. Misalnya, membantu orang lain yang sedang alami kesulitan, berani menegur teman yang bersalah, dan melerai teman yang berselisih. / Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
ORLsc. a8dz35fxxj.pages.dev/363a8dz35fxxj.pages.dev/386a8dz35fxxj.pages.dev/395a8dz35fxxj.pages.dev/206a8dz35fxxj.pages.dev/106a8dz35fxxj.pages.dev/298a8dz35fxxj.pages.dev/221a8dz35fxxj.pages.dev/16a8dz35fxxj.pages.dev/250
para tokoh pendiri negara kita senantiasa mendahulukan kepentingan